TJKPD Cilacap Gelar Rakor Evaluasi, Sejumlah Bahan Pangan Berbahaya Jadi Temuan

Jurnalis: Karwiyah 

Cilacap,GerakNusantara.id – Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (TJKPD) Kabupaten Cilacap menggelar Rapat Koordinasi dan Evaluasi, Rabu (29/05/2024) di Ruang Rapat Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Kabupaten Cilacap. Rakor ini digelar atas tindak lanjut hasil monitoring TJKPD yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2024 di berbagai pasar tradisional dan toko modern.

Disampaikan Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan Dishanpan Cilacap, Agus Priharso, dari hasil monitoring masih banyak ditemukan makanan-makanan yang mengandung bahan berbahaya seperti bawang putih mengandung residu pestisida, teri nasi dan cumi asin terindikasi mengandung formalin yang berasal dari pasar Ajibarang, kerupuk soto dan karag yang berasal dari pasar Rawalo dan Jatilawang, cincau hitam mengandung formalin yang berasal dari pasar Karangpucung, serta tahu kuning mengandung metanil yellow dari pasar Kuripan.

“Temuan-temuan ini akan segera kami tindaklanjuti setelah Rakor TJKPD, harapannya setelah nanti kami datang ke lokasi dan lakukan pembinaan, para penjual dan produsen kedepannya tidak lagi menjual bahan makanan yang mengandung bahan berbahaya”, jelas Agus.

Pengawas Farmasi dan Makanan Loka Pom Banyumas, Alberth Christy, yang turut hadir dalam Rakor tersebut juga menjelaskan langkah yang akan dilaksanakan pihaknya yaitu melalui Program Keterpaduan Keamanan Pangan di beberapa desa yang sudah terpilih oleh Badan Pom di seluruh Indonesia.

“Kunci keberhasilan program tersebut yaitu pada penurunan stunting dan meningkatkan keamanan pangan ada tiga, diantaranya desa pangan aman, pasar pangan aman berbasis komoditas, dan intervensi keamanan pangan pada jajanan anak sekolah”, paparnya.

Alberth menambahkan, sangat diperlukan advokasi, pendidikan kader dan monitoring evaluasi oleh para penyuluh keamanan pangan. Tim tersebut diharapkan dapat bekerjasama untuk mendidik kader dan masyarakat serta melakukan pengujian secara rutin supaya masyarakat dapat lebih paham serta pelaku usaha pangan dapat lebih aware terhadap keamanan pangan.

“Harapannya, kasus-kasus yang muncul terkait stunting yang salah satunya disebabkan oleh malnutrisi dari buruknya kualitas pangan bisa ditekan”, pungkasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *