PELAKSANAAN PROGRAM SPAB DI PESISIR PANTAI JAKARTA LAYAK DITIRU PARA PIHAK

Jurnalis: Suliyanto

Surabaya,GentarNusantara.id –Pada hari Jumat (30/08/2024) Siang, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), mengadakan diskusi secara online (webinar) tentang Refleksi Pengelolaan risiko Bencana Berbasis Komunitas, Region Jakarta. Hal ini terkait dengan penyelenggaraan Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KN-PRBBK) tahun 2024 di Aceh.

 

Webinar seri -3 ini mengambil topik, Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Wilayah Pesisir Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan ini sebagai upaya membangun kesadaran masyarakat yang berdiam di wilayah pesisir pantai, bahwa di daerahnya ada potensi bencana, seperti banjir rob, gelombang tinggi, gempa yang berpotensi tsunami, dan kebakaran.

 

Kata Lukman, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Jakarta, mengatakan, program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana secara mandiri, sebelum bantuan dari luar datang.

 

Sedangkan Muhayati, seorang guru PAUD yang peduli kepada upaya pengurangan risiko bencana, menceritakan pengalamannya dalam mensosialisasikan program SPAB di Sekolah PAUD tempatnya mengajar, bekerjasama dengan FPRB, BPBD dan Keuskupan Jakarta.

Apa yang dilakukan Muhayati merupakan upaya membangun budaya sadar bencana sejak usia dini. Sekaligus mengajak masyarakat di kampungnya untuk dapat melakukan mitigasi mandiri dan membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui pelatihan yang diselenggarakan para pihak.

 

“Disamping ngajari siswa, saya juga mengajak orang tua siswa untuk menyadari bahwa di daerahnya ada potensi bencana, serta dapat berbuat sesuatu untuk membantu evakuasi dan pengadaan dapur umum,”  Katanya.

 

Sementara itu, Fadlik, dari Klub Indonesia Hijau, merangkap anggota Forum PRB Jakarta, mengatakan bahwa upaya pengurangan risiko bencana melalui program SPAB, hendaknya juga disisipi dengan materi pelestarian lingkungan hidup dan masalah sampah, serta melakukan aksi nyata. Seperti penanaman pohon dan aksi bersih-bersih sampah.

 

“Ini penting agar masyarakat juga memiliki kepedulian akan lingkungan hidupnya sekaligus upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam usaha pengurangan risiko bencana secara mandiri,” Ujarnya.

 

Terkait dengan adanya isue tentang akan datangnya gempa megathrust, ada pertanyaan menarik dari Indarto, peserta webinar dari Bondowoso. Dimana dia bertanya, bagaimana langkah kongkrit yang harus dilakukan sekolah menghadapi potensi gempa megathrust. Termasuk prosedur evakuasi, pelatihan untuk meningkatkan kapasitas, serta berkolaborasi dengan pihak lain dalam menangani kelompok rentan.

 

“Tentunya ini tidak lepas dari keterlibatan pihak terkait. Mustahil jika sekolah mampu melaksanakan sendiri upaya pengurangan risiko bencana. Harus ada pendampingan dari BPBD,” Ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *