Jurnalis:Wahyu
Tulungagung,GerakNusantara.id – Kabupaten Tulungagung dipercaya menjadi tuan rumah Festival Budaya Spiritual (FBS) di tahun 2025 ini yang akan digelar pada bulan Juli mendatang.
Dari hal itu, Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI melakukan kunjungan kerja sekaligus penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) bersama Pemerintah Kabupaten Tulungagung di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Senin (23/6/2025) pagi.
Rombongan Kemenbud RI dipimpin langsung oleh Staf Khusus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya, Bapak Basuki Teguh Yuwono, S.Sn, M.Sn. Turut hadir, Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Bapak Sjamsul Hadi, S.H, M.M, serta sejumlah pejabat tinggi kementerian dan kurator FBS 2025.

Kehadiran mereka disambut hangat oleh Bupati Tulungagung H. Gatut Sunu Wibowo, S.E., M.E beserta Sekda Tulungagung, dan jajaran OPD.
Bupati berharap FBS 2025 di Tulungagung menjadi percontohan nasional dalam penyelenggaraan festival berbasis spiritualitas dan budaya lokal.
Bupati Gatut Sunu juga menyampaikan harapan agar Menteri Kebudayaan RI dapat hadir langsung dalam puncak acara nanti.
“Mari bersama kita jadikan FBS 2025 bukan sekadar agenda tahunan, tetapi momentum kebangkitan budaya dan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung,” pungkasnya.
Diacara yang sama Stafsus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya menyoroti pentingnya menempatkan budaya spiritual dalam perspektif yang tepat, terlebih menjelang pelaksanaan FBS 2025.
“Festival Budaya Spiritual sering disalahpahami sebagai hal mistis atau keliru, padahal ini adalah ruang refleksi tentang nilai-nilai luhur dan keseimbangan batin. Kita perlu meluruskan perspektif ini bersama-sama,” jelasnya.
Festival Budaya Spiritual ini akan dilaksanakan selama empat hari, 10–13 Juli 2025, dengan rangkaian acara yang melibatkan seniman, budayawan, penghayat kepercayaan, pelaku ekonomi kreatif, hingga lembaga adat dan masyarakat umum.
Di acara tersebut juga dilakukan penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) antara Bupati Tulungagung dan Direktur Bina Kepercayaan. Serta dilanjutkan dengan pertemuan bersama komunitas penghayat kepercayaan dan pelaku budaya lokal di Ruang PKK sebagai langkah konkret merangkul partisipasi akar budaya.